TIS waktu itu kebetulan lagi ngundang IMTK buat kunjungan. Jadi gua langsung meluncur ke sana (tidak secara harfiah). Sebelumnya gua sama sekali gak punya gambaran gimana bentuk saung mereka. Singkat cerita gua turun dari angkot sama anak2 IM di depan pintu masuk ke saung karpol. Begitu turun yang gua lihat bukan rumah dengan atap seng atau asbes sama dinding anyaman dari bambu. Tapi Sevel. Iya sodara-sodara sevel. Tempat nongkrong anak2 yang katanya gaul. Gua jadi curiga karena kebanyakan main sama anak2 TIS anak2 pemulung itu jadi kepikiran buka franchise sevel buat nongkrong2 lucu. Ternyata enggak. Gak berapa lama ada anak TIS yang ngejemput kita ke dalem perumahannya. Dari pintu masuk yang gua lihat adalah perumahan yang bagus, rata2 punya mobil dan motor. Ini pemulungnya mendadak kaya apa gimana ? Ternyata semakin ke dalem keadaan lingkungannya berubah cukup drastis. Dari pagar besi yang tinggi-tinggi menjadi pagar bambu sederhana, dari jalan aspal menjadi tanah setapak, sampah di mana-mana, di situ ada bapak2 tua yang lagi mulung plastik. Gua sapa, beliau sapa balik dengan senyum, wajahnya terlihat lelah. Beberapa menit kemuadian akhirnya gua ada di tengah2 pemukiman pemulung. Sungguh lucu, seakaan baru mengarungi 2 alam yang berbeda. Di tengah2 pemukiman ada bangunan yang cukup baru, tidak terlalu besar, dindingnya terbuat dari triplek dan di dalamnya ada karpet biru dan buku-buku yang ada di atas meja-meja belajar.
Waktu gua dateng ternyata mereka baru selesai kelas. Muridnya cukup banyak, dan setelah tanya2 ke anak TIS sebagian besar dari mereka gak sekolah sama sekali, banyak yang belum bisa baca tulis. Cukup membuat gua berfikir, betapa beruntungnya gua, bisa sekolah, bisa belajar. IMTK waktu itu bikin game buat anak2nya. Sederhana sekali : Telur yang bisa masuk ke botol yang dipanasin dari dalam, sama air dalam plastik yang gak tumpah kalo ditusuk pensil. Dua-duanya hukum fisika sederhana. Tapi anak2nya luar biasa girang. kaya abis menang 1 milyar di who wants to be a millionaire, atau abis menang piala presiden. Bener2 membingungkan. Setelah beberapa lama main-main sama mereka, kita evaluasi dan pulang. Satu hal lain yang menarik bagi gua adalah TIS punya database nilai setiap anak asuh mereka dan setiap minggu selalu dipantau perkembangannya. Gua cuma bisa lebih kagum lagi.
Selama perjalanan pulang, gua masih bingung kenapa mereka bisa sebahagia itu padahal hidup mereka sebegitu gak berpihaknya sama mereka. Sampai suatu waktu gua bisa simpulkan :
Karena bagi mereka, bahagia itu sederhana. Sesedehana itu.