Ya, lagi-lagi gua cuma bisa nulis sewaktu liburan. Padahal gua selalu pengen nulis di sela-sela waktu kuliah. Namun apa daya, saya hanya mahasiswa biasa, yang sibuk sendiri akan urusan kuliah sana-sini. Selalu gak sempet nulis di sini. Ah atau jangan-jangan karena gua yang gak mau menyisihkan waktu ? Memberikan porsi waktu yang jauh lebih banyak buat kuliah daripada urusan lain. Mungkin saja, gua juga gak yakin. Mungkin memberikan sedikit waktu gua buat nulis menjadi lebih mahal seiiring dengan semakin dewasa. Gak asik. Sebentar, memangnya waktu bisa diberikan ? apakah gua punya "waktu" yang bisa gua bagi ? Kalau tidak berarti gua gak bisa memberikan, atau menyisihkan. Jadi apa sebenarnya waktu ? Punya siapa waktu ? Aku pun tak tahu. Yang pasti, waktu tidak berpihak, tidak diberikan, maupun disisihkan untuk gua buat nulis beberapa bulan ke belakang.....tapi apakah waktu bisa berpihak ? apakah ia punya pikiran ? Apakah waktu punya wujud ? Seperti Kronos atau Saturnus, personifikasi waktu dari yunani dan romawi ? Lagi-lagi, tidak ada yang tahu. Kecuali Satu.
Semester lima gua berakhir beberapa hari kemarin. Semakin banyak pengetahuan gua tentang tekim(semoga). Di tengah-tengah semester lima gua kemarin gua benar-benar lelah. Entah kenapa, capek luar biasa, macem abis marathon di gurun sahara, atau kaya ngangkat atlit angkat besi sama beban bebannya. Setengah gila. Ya, setiap orang pasti pernah di fase itu sih. Suatu hari, gua lagi duduk-duduk di kampus sambil mainin gitar orang, entah gitar siapa. Salah sendiri ditaro di situ. Kebetulan juga hari itu lagi banyak maba yang lagi nanya-nanya sama seniornya soal kehidupan kampus. Tw-tw namanya kalo di teknik. Tampar wajah-tampar wajah, jadi abis nanya2 kehidupan kampus kita saling tampar wajah untuk menunjukkan persahabatan antara senior dan junior. Gadeng. Transfer wawasan yang bener. Yaa mirip-mirip transfer uang di ATM lah. Sama-sama transfer, cuma bedanya ini ga ada uangnya sama ga ada ATMnya. Jadi sebenernya gak mirip. Jangan bakar saya. Nah, balik lagi, ketika gua lagi mengosong sambil main lagu Desembernya ERK. Satu maba tiba-tiba dateng dan nanya "Desember ya kak?", lalu gua jawab "Bukan dek ini bulan Oktober" dan kita saling tampar. Ngaco. Yaa intinya dia tau lagu yang gua mainin dan abis itu kita ngobrol2 dan pada akhirnya dia merekomendasikan satu band ke gua : Sore.
Setelah gua cari-cari tau lagunya ternyata sore ini udah banyak sepak terjangnya, dan bagus-bagus banget lagunya. Dan udah dari dulu ada di belantika musik indonesia(gua selalu pengen pake kata-kata ini). Lagi-lagi gua ketinggalan band bagus di Indonesia. Dari sekian banyak lagu Sore, gua menemukan lagu "Setengah Lima" :
Suara bisikan hanyut
Dalam pengikis bunga layu
Sampai aku akhirnya merasakan
Mati suri di taman
Mati suri di taman
Mati suri di taman
Mati suri di taman
Biarkan rasaku yang menggarang
Menjamah sedu ayu meluangkan waktumu
Dan kau suka
Mati suri di taman
Mati suri di taman
Mati suri di taman
Mati suri di taman
Gua suka banget pengulangan kata mati suri di taman. Mati suri, fenomena mati gak jadi. Selalu jadi kontroversi. Di KBBI sendiri mati suri berarti tampaknya mati, tapi sebenarnya tidak. Yang selalu terbayang sama gua saat denger lagu ini adalah suasana jam setengah lima sore, jam di mana hampir semua orang lelah, jam capek, orang kantoran yang habis kerja seharian, anak kecil yang habis main bola di lapangan dari siang, ibu-ibu penjual peyek yang habis keliling berkilo-kilo. Menemukan sebuah bangku di taman, lalu memutuskan untuk istirahat sejenak. Terlelap, menghilangkan kegetiran dan melupakan lelah, sejenak. Seperti mati, nyatanya tidak. Hanya terlelap meninggalkan dunia, sementara, tentu saja.
Gua sendiri gak tau maksud sebenernya dari lagu ini. Tapi yang pasti lagu ini selalu membuat gua tenang, membuat gua mengingat banyak orang yang lebih capek dari gua, dan capeknya gua bukan apa-apa. Membuat gua mati suri sejenak, dan melanjutkan hidup seterusnya.
Qren nel
ReplyDelete